Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Friday, March 29, 2013

Tuhan Tidak Pernah Tidur




Salam...


Di dalam ilmu Biologi kita mengenal perkawinan silang.
Tumbuhan/hewan yang tidak unggul di pasangkan dengan yang unggul agar dihasilkan bibit yang unggul. Begitu juga dengan bibit yang unggul dipasangkan dengan bibit hasil pasangan (yang unggul dengan yang tidak unggul) agar mendapatkan bibit baru yang lebih baik lagi.
Biasanya kita mengenal dengan istilah persilangan ( x ) antara 1 varian dengan varian yang lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bibit yang lebih baik (unggul).

Demikianlah Tuhan mengajarkan manusia untuk melestarikan kehidupan flora dan fauna di dalam kehidupan ini.

Hendaknya Filosof ini juga diterapkan di dalam kehidupan manusia, dimana manusia yang tidak mampu secara jasmani dan atau ruhani di bantu oleh manusia lain yang mampu secara jasmani dan atau ruhani.

Namun sayangnya hal ini hanya banyak berlaku pada flora dan fauna. Sementara pada kehidupan manusia, bagaimana menciptakan kehidupan manusia yang adil dengan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama bagi setiap orang, telah dilupakan oleh banyak orang di sekitar kita.

Akankah kita tega menelantarkan saudara/sahabat kita yang berkekurangan? Yang seharusnya kita bantu agar memiliki kehidupan yang lebih baik.

Sebagian orang di Timur sana, berupaya memperjuangkan hak-hak saudaranya untuk mendapatkan keadilan hidup yang layak. Sementara di Barat sana, banyak orang-orang yang menghancurkan kehidupan saudaranya tanpa rasa berdosa.


Keadilan memang Milik dan Kuasa Tuhan, namun manusia wajib mewujudkannya. Karena telah menjadi Perintah Ilahi untuk memperjuangkannya.

`dalam renungan pesan seorang Imam yang telah Syahid`


Salam...


Jakarta, 29 Maret 2013

Wednesday, March 27, 2013

Jangan Menggunakan Telepon Genggam Saat Mendidik dan Belajar



Salam...


Beberapa waktu yang lalu saya menemukan beberapa video yang menggambarkan situasi belajar para siswa dan mahasiswa di beberapa sekolah dan perguruan tinggi di luar negeri. Saya melihat begitu kuatnya seorang pendidik memegang teguh peraturan di dalam kelas, yakni tidak menggunakan telepon genggam saat proses belajar dan mengajar berlangsung. Dalam hal ini, menggunakan telepon genggam bukan untuk kepentingan materi pelajaran/kuliah yang sedang dipelajari/didiskusikan. Begitu pula hendaknya komitmen ini di taati bersama para peserta didik/mahasiswa sebagai satu kesatuan bahwa peraturan positif dalam dunia pendidikan harus dijalankan agar kondisi proses belajar mengajar dapat berjalan dengan tertib dan tepat sasaran.


Bukan hanya peserta didik, namun pendidik pun harus mematuhi peraturan positif yang ada demi kenyamanan dalam proses belajar mengajar di dalam dunia pendidikan. Bagi saya pribadi, hal ini sangatlah positif. Demi menjaga keseriusan kita dalam belajar dan mendidik.

Andaikan peraturan seperti apa yang terlihat di dalam beberapa video tersebut dapat diterapkan dalam dunia pendidikan negeri kita, barangkali akan ada dampak positif yang akan mempengaruhi mutu pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.


berikut beberapa link videonya:






Salam...


Jakarta, 27 Maret 2013


Tuesday, March 26, 2013

Mendidik Sebagaimana Tuhan telah Mendidik Manusia


Salam...



Jiwa dan raga manusia ini satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena Tuhan menjadikan manusia tidak diam dan menerima, melainkan berfikir dan beraktivitas. Hal ini tentunya tidaklah lengkap tanpa adanya tuntunan atau panduan untuk mengajarkan manusia bagaimana memahami dan melakukan setiap aktivitas di dalam hidupnya. Maka Tuhan pun melengkapinya dengan buku petunjuk, agar manusia senantiasa berada pada perilaku yang benar dan tidak menyimpang dari tugasnya. Begitulah Tuhan mendidik manusia, melengkapinya dengan aturan agar manusia tidak tersalah dari apa yang telah menjadi fitrahnya selaku makhluk Tuhan yang memiliki akal, penglihatan, pendengaran, dan perasaan.


Demikian juga seorang pendidik, hendaknya mencurahkan segala fikiran dan pengalamannya untuk mendidik setiap anak-anak generasi penerus bangsa menjadi anak-anak yang berkembang dengan baik; menyerap ilmu pengetahuan dan mempraktekkannya di dalam kehidupan sehari-hari dengan benar, mampu melihat setiap perubahan yang ada di dalam kehidupannya, dan mampu memberikan solusi positif dari setiap perubahan tersebut. Niat baik pendidik untuk mendidik akan memberikan semangat di dalam diri dan semangat bagi para peserta didik untuk mengikuti setiap kegiatan belajar dan mengajar.


Dan perlu kita fahami, bahwa kedekatan pendidik dengan peserta didik akan menjadi baik ketika pendidik selalu berfikir positif dalam menghadapi segala permasalahan yang ia hadapi di dalam kegiatan belajar mengajar. Secara kejiwaan, fikiran yang positif dan perasaan yang positif akan memberikan pengaruh positif kepada peserta didik. Meskipun tidak semua peserta didik merasakan dampak positif secara langsung, namun secara tidak langsung seorang pendidik telah mampu mempraktekkan apa yang semestinya ia lakukan.


Sebagaimana Tuhan mendidik manusia; meskipun tidak semua manusia mau mendengarkan bimbingan dari Tuhannya, namun tidak sedikit dari apa yang Tuhan ajarkan kepada manusia menjadi bahan pemikiran bagi diri manusia untuk patuh kepada Hukum Tuhan dan menerima setiap hal yang diputuskan oleh Tuhan; apakah itu disukai atau tidak.


Mendidiklah dengan niat yang positif, karena kita manusia bukanlah makhluk Tuhan yang instan untuk bisa menjadi baik. Namun jangan pernah berhenti melakukan perintah-Nya, karena inilah proses membentuk manusia yang taat dan berbudi pekerti yang luhur. Setelah manusia belajar, manusia akan berfikir dan mencoba setiap pelajaran yang ia dapatkan. Sebagai bahan pembuktian bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.




Salam...



Jakarta, 26 Maret 2013








Monday, March 25, 2013

Belajar menjadi Manusia Jujur



Salam...


Sore ini setelah mendidik 1 anak yang biasa les di rumah, saya kedatangan tamu yaitu orang tua murid les saya yang 2 orang anaknya sedari awal telah saya didik saat pertama kali membuka kelas belajar di rumah. Memang kedua murid saya ini telah hampir 4 bulan belum menitipkan jasa mengajar bulanan dari orang tua mereka, bagi saya tidak begitu menjadi masalah. Yang terpenting anak-anak mereka masih tetap mau belajar. Setelah di hitung jumlah pertemuan belajar kedua anaknya, saya sampaikan bahwa jumlah pertemuan anaknya yang laki-laki sekian kali dan anak perempuannya sekian kali. Sehingga jumlah jasa mengajarnya jika di jumlahkan menjadi sekian rupiah. Ibu murid saya tersebut tidak percaya, bahkan karena kelamaan tidak menitipkan jasa mengajar ia mengira biayanya sudah menumpuk lebih dari 30% dari jumlah rupiah yang saya sebutkan tadi. Ini adalah kejadian ke-2 yang saya alami, setelah sebelumnya pada awal bulan Desember tahun lalu ibunya juga mengatkan hal yang sama. Hanya saja perhitungan beliau pada pembayaran jasa mengajar sekarang begitu jauh dari apa yang saya sampaikan.


Jika melihat materinya, mungkin saya bisa mendapat lebih dari apa yang saya perhitungkan. Mengingat waktu les anak-anaknya yang telah hampir 4 bulan berjalan sejak pembayaran jasa mengajar terakhir. Tapi Tuhan memberikan saya pelajaran atas hal itu, karena dalam kondisi sulit dan susah pun (secara materi umumnya) Tuhan tetap menguji kita semua.


Alhamdulillah...apa yang menjadi Haq setiap manusia telah ditetapkan oleh Allah, dan apa yang bukan menjadi Haq kita untuk dimiliki maka jangan pernah mengambilnya. Pelajaran yang baik dari Tuhan jangan pernah dijauhi, karena manusia menjadi baik karena Tuhan, bukan karena dirinya.


Salam...


Jakarta, 25 Maret 2013

Sunday, March 24, 2013

Manusia menjadi Mulia karena Kebaikannya



Salam...



Manusia dianugerahi Allah, Rabb Yang Maha Adil berupa pendengaran, penglihatan, dan hati untuk membantu akal memberikan perintah kepada organ tubuh yang lain untuk merespon setiap hal yang dialami manusia. Demikian cintanya Allah kepada manusia, dengan perhatian-Nya yang luar biasa kepada makhluk-Nya yang menjadi wakil-Nya di muka bumi untuk bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan semua makhluk dan ciptaan Tuhan lainnya.


Tidak bisa kita pungkiri bahwa dibalik kelebihan yang diberikan Tuhan kepada manusia, begitu banyak bukti tidak bersyukurnya manusia atas pemberian Tuhan. Begitu banyak kelebihan yang dimiliki manusia, bukan menjadikan manusia menjadi sosok penolong di muka bumi ini, melain menjadi perusak, penghancur, dan bahkan lebih buruk dari itu. Hal ini terjadi karena manusia tidak dekat dengan Tuhan; melupakan nikmat yang diberikan Tuhan dan melupakan aturan Tuhan berupa perintah dan larangan.


Manusia menjadi lupa dengan Tuhan karena manusia merasa dirinya bisa hidup tanpa bantuan orang lain atas ilmu pengetahuan yang ia dapatkan; manusia menjadi berguna, terkenal, memiliki materi, dan lain sebagainya yang ia rasakan sebagai prestasi atas kerja keras dirinya. Hingga pada akhirnya ia lupa akan pertolongan Tuhan atas hal-hal tesebut.


Akibat dari kesombongan itulah manusia menjauh dari rasa bersyukur kepada Tuhan. Ia menganggap Tuhan hanya bagian dari penciptaan manusia dan memfasilitasi kehidupan manusia, tapi tidak untuk keberhasilan dan usaha nyatanya ketika hidup di dunia. Maka muncul sikap acuh tak acuh kepada Tuhan, meremehkan segala perintah Tuhan, hingga melanggar setiap garis yang telah ditetapkan Tuhan.


Begitu mudahnya manusia menyombongkan dirinya dihadapan Tuhan, hingga meninggalkan baktinya kepada Tuhan yang telah menciptakannya dan memfasilitasi kehidupannya di dunia ini dengan sempurna. Maka, label kufur nikmat akan disandang oleh manusia yang tidak mensyukuri nikmat Rabb-nya.


Belajar dari hal tersebut, maka jangan pernah kita melupakan Tuhan. Dekat kepada Tuhan tidak menjadikan manusia rugi akan kelebihannya. Dekat dengan Tuhan tidak akan membuat manusia miskin wibawa, miskin harga diri, miskin materi, dan lain sebagainya. Maka bersyukurlah atas nikmat Tuhan karena kita masih diberikan kesihatan dalam beraktivitas. Bersyukurlah atas nikmat Tuhan karena kita masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih baik.

Dekat dengan Tuhan menjadikan manusia mau berbagi kepada yang berkekurangan dan mau memperbaiki kehidupan alam ini agar tetap seimbang. Karena Tuhan menilai manusia atas tingkah laku yang telah ia niatkan, bukan sesuatu yang lain.



Salam...


Jakarta, 24 Maret 2013

Tuesday, March 12, 2013

Renungan di dalam Ruang Kehidupan




Salam....



Ketika suatu Negara telah Merdeka, selayaknya Negara memberikan pelayanan kepada rakyatnya atas hak warga Negaranya. Sebagaimana mereka telah memberikan kewajibannya kepada negara berupa pengabdian hidup dan pajak atas apa yang mereka dapatkan dari setiap ketersedian kebutuhan hidup yang mereka dapatkan dari negara dalam bentuk pembelian hingga pendapatan yang mereka raih dengan kerja keras.

Selayak-nyalah pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, transportasi, ketersediaan sandang, pangan, dan papan benar-benar diperhatikan oleh Negara yang merdeka.

Tidak seperti saat ini, rakyat menyerahkan kewajibannya kepada negara dengan harapan negaranya mampu mengelola setiap apapun yang telah dikumpulkan oleh rakyatnya untuk mempertahankan kehidupan negara ini. Namun tidak sebaliknya, apa yang telah diberikan oleh rakyatnya ternyata tidak dikembalikan oleh negara kepada rakyatnya dalam bentuk pelayanan yang meringankan beban rakyatnya secara adil dan merata serta tertata dengan baik. Melainkan kerusakan yang telah diperbuat oleh para aparatur pemerintah dan wakil rakyatnya yang "berkongsi" membangun jaringan penindas kehidupan bangsa yang menjadikan rakyat sebagai korbannya, dan mereka sadar akan hal itu.

Bangsa rusak oleh penguasanya yang menjadikan rakyatnya sebagai alat bagi mereka untuk "mencari makan", "mengumbar kemewahan", dan seolah-olah memperlihatkan bahwa "mereka" adalah pahlawan negara. 

Begitu loyalnnya rakyat ini kepada negaranya, hingga setiap kerusakan yang telah dibuat oleh para penguasa tidak menjadikan mereka lari dari kewajiban mereka sehari-hari, dan tidak keluar dari kewarga negaraannya. Tapi tetap saja para penguasa dan wakil rakyatnya tidak akan pernah berubah, selama mereka masih menjadikan rakyatnya sebagai budak hidup mereka, bukan saudara seperjuangan mereka.


Kezaliman tidak akan pernah berhenti, karena syaitan tidak pernah bertaubat hingga hari kiamat tiba. Maka buruk rupa para penguasa yang menganiaya rakyatnya tidak akan pernah hilang hingga ajal menjemput dan penghisaban terjadi.


Salam...


Jakarta, 12 Maret 2013

Monday, March 4, 2013

Belajar Sebagai Kebutuhan Yang Memiliki Tujuan

Salam...



Ada beberapa hal yang menjadi penting untuk dimaknai dalam proses belajar;

1. Menuntut Ilmu harus memiliki makna


2. Mendidik tidak boleh salah, karena yang kita didik adalah manusia


Korelasi antara kedua hal tersebut memberikan kesan/suatu simpulan bahwa apa yang didapatkan oleh seseorang yang sedang mencari ilmu pada bidangnya hendaknya mampu menempatkannya dalam pengabdian dimasyarakat secara benar dan tepat sasaran sesuai kebutuhan.


Perlu satu kesatuan sikap dan perbuatan untuk memperbaiki kondisi bangsa, diantaranya;

~ Merubah bangsa Indonesia menjadi pencipta di berbagai bidang dengan wawasan yang luas

~ Mampu mengambil keputusan yang benar dan tepat dalam setiap tindakan

~ Terampil dan cekatan dalam menyikapi setiap hal yang kita hadapi.



Salam

Jakarta, 04 Maret 2013