Salam...
Begitu
luasnya bingkai hidup ini, hingga manusia tidak mempunyai kekuatan
untuk meraihnya. Terkadang masih terlintas di dalam fikiran, apakah
seperti ini kehidupan di dunia. Entahlah..., begitu banyak
pertanyaan yang mengusik hati ini. Tiada satu manusia pun yang mampu
menjawab Rahasia Ilahi.
Aku hanya
seorang manusia yang terlahir dari keluarga biasa, mendapatkan
pendidikan yang menurutku lebih dari cukup semasa kecil hingga
menjadi dewasa. Dari semua pengajaran baik yang pernah aku dapatkan,
ada beberapa hal yang hingga saat ini tak pernah ku tinggalkan dan ku
lupakan.
1. Kita
ini terlahir dari keluarga susah
Ya,
demikianlah adanya. Tiada yang istimewa di dalam hidup ini. Begitu
banyak hal yang telah dilalui, semuanya atas kehendak Ilahi. Orang
tua sering berpesan untuk menjaga diri dimana pun kami berada, jangan
menyombogkan diri dan harus tahu diri. Jangan bingung jika ada orang
yang menunjukkan materinya yang berlimpah, dan jangan ikut-ikutan
seperti mereka. Karena orang tua adanya seperti ini. Tidak bisa
memberikan lebih dari yang ada hari ini.
Terkadang
suka ikut suka ikutan sedih melihat perjuangan kedua orang tua untuk
mendidik anaknya. Orang tua juga ikut mengalah untuk memenuhi
keinginan pribadinya demi kepentingan keluarganya, terutama
pendidikan anak-anaknya.
Demikianlah
adanya, sejak kecil hingga hari ini, tiada niat untuk menjadi orang
kaya secara materi punya ini dan itu. Karena sudah demikian yang
tersimpul di dalam jiwa ini. Jadi sudah “kebal”, jika
melihat yang demikian. Terkadang sering berfikir barang sejenak,
seperti ini sudah lebih dari cukup. Lalu apa lagi yang mau di cari.
Seolah-olah membatasi diri untuk tidak memiliki ini dan itu, yang
kebanyakan hanya sebagai pemanis hidup saja. Setiap saat
selalu teringat pesan orang tua yang menghantarkan diri ini ke masa
lalu, kakek dan nenek yang hidup di dusun dengan segala keterbataan
fasilitas kehidupan pada saat itu. Tuhan Maha Adil, karena telah
menganugerahkan diriku yang selalu ingat akan pesan kedua orang tua
yang sangat-sangat bermanfa'at.
2. Makan
nasi harus habis, Nenek dan Kakek sudah capek menanam padi di sawah
Bagi
diruku pernyataan itu sungguh menakutkan. Saat kecil selalu di
ingatkan jika makanan yang ada tidak dihabiskan. Selalu tersimpan di
dalam memori otak ini, jika makanan tidak dihabiskan sama saja dengan
tidak menghargai jerih payah Nenek dan Kakek di kampung.
Alhamdulillah... hingga saat ini hal itu selalu menjadi prinsip
hidupku untuk menghabiskan setiap makanan yang dimakan, meskipun
dalam keadaan sakit. Aku selalu bersyukur kepada Allah, atas Ni'mat
dan Karunia-Nya yang berlimpah.
Sering
melihat makanan yang tidak dihabiskan di beberapa tempat makan oleh
orang-orang yang memakannya. Diriku selalu berfikir, begitu teganya
mereka tidak menghabiskan makanan atas rezeki Tuhannya yang begitu
banyak. Terkecuali, makanan yang tidak habis itu diberikan kepada
ternak, diriku masih bisa menerimanya. Demikian pula dengan minum,
juga harus dihabiskan. Karena masih banyak saudara-saudara kita di
tempat lain yang masih kekurangan air.
3. Jangan
ikut-ikutan yang tidak baik, karena akan membuat malu diri dan
keluarga
Kedua
orang tua kami telah mengajarkan kami untuk bertanggung jawab atas
apa yang kami kerjakan. Mereka memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menjalani kehidupan ini semasa sekolah, meskipun kami hidup
jauh dari orang tua. Alhamdulillah, begitu banyak kehidupan dunia
yang mempengaruhi diri ini mengajak kami kepada hal-hal yang tidak
baik, namun kami tidak terpengaruh olehnya. Padahal, jika kami mau,
kami bisa mengikutinya. Sekali lagi diriku berterima kasih kepada
kedua orang tua ku, atas pendidikan dan pengajaran yang mereka
berikan kepadaku sejak kecil dulu. Kepercayaan itu tak terhingga
nilainya, maka dari itu diriku selalu memegang teguh amanah tersebut.
Tidak sedikit kejadian di lingkungan ini yang menjadi bukti nyata,
jika diriku tidak ta'at kepada pengajaran positif dari kedua orang
tua.
4.
Bantulah orang-orang yang harus di bantu, karena membantu orang lain
itu tidak akan mengurangi rezeki dari Tuhan.
Hal ini
membuat diriku belajar menjadi seorang manusia yang senang berbagi
hal-hal yang positif, senang berbagi informasi dan membantu sebisa ku
atas masalah yang mereka hadapi. Diriku selalu memposisikan diri
seperti mereka, agar diriku dapat merasakan apa yang sebenarnya
mereka alami. Aku sering tersadar bahwa, masih banyak orang-orang
yang membutuhkan bantuan ku atas kesusahan yang mereka rasakan. Aku
bersyukur karena Allah masih melimpahkan akal yang sehat dan jiwa
kuat untuk berbagi kepada mereka yang sedang kesusahan, tanpa melihat
latar belakang kehidupan mereka.
Titik
kejujuran itu ada di dalam diri manusia, dan diriku menyadari hal itu
sebagai tempat dimana kebaikan itu dimulai. Atas kebaikan Tuhan yang
telah menganugerahkan Hidayah-Nya kedalam diriku menjadikan ku
sebagai manusia yang selalu belajar menghargai Rabb-nya dan
Ciptaan-Nya.
Salam...
Jakarta,
17 Juli 2013