Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Saturday, November 24, 2012

Memaknai 'Ibadah dengan Pemahaman dan Perbuatan


Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Bismillahi Tawakkalnaa ‘Alallaaha Laa haula wa laa Quwwata Illa Billaha
Asyhadu Allaa Ilaa ha Illallaha wa Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah
(Dengan Nama Allah saya bertawakkal kepada-Nya, tiada daya upaya dan kekuatan melainkan atas Kehendak-Nya. Saya bersaksi tiada Sembahan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah)

Innallaaha yuhibbullazii na yuqaatiluuna fii Sabiilihi Shaffan Ka annahum Bunyaanun Marsus. Qs. Ash-Shaff (61) ayat 4.
(Sesungguhnya Allah meunykai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.)

Yaa Ayyuhallazii na Aamanuu Taqqullaha wal tanzur nafsumma qad dhamat lighad, Wattaqullaaha Innallaaha Khabirun bimaa Ta’maluun. Qs. Al-Hasyr (59) ayat 18
(Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.)

Semoga kita semua dalam keadaan sihat wal’aafiat dan selalu dalam Lindungan Allah Swt.

Sedikit materi berkenaan kekhusyu’an kita dalam beribadah. Intinya materi ini berguna untuk siapapun yang berniat ingin menjadi lebih baik dalam memahami dan mengaplikasikan dari makna Ibadah itu sendiri.

A. Hal-hal yang berkenaan dengan Ibadah

Ibadah, yang dalam bahasa wahyu-Nya adalah ‘abada, yang bermakna mengabdi. Berdasarkan surah Adz-dzaariat (51) ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.

Ada 2 hal yang harus kita fahami dari wahyu Allah tersebut:
  1. Tidak ada tujuan lain Allah menciptakan Jin & Manusia selain untuk mengabdi/menyembah-Nya. Karena kita adalah manusia, maka penuhilah tugas kita selaku manusia untuk menyembah Allah.
  2. Menyembah Allah adalah suatu bentuk pengabdian seorang hamba Allah kepada Rabb-Nya yang Ahad, dengan segala ujian yang diberikannya tanpa terkecuali selama hamba-Nya diberikan kesempatan untuk beribadah di Bumi ini.

Lalu bagaimana kita mengaplikasikan Ibadah? Maka Allah memberikan kita beberapa hal agar Ibadah kita dapat terlaksana dengan sempurna:
  1. Manusia diberikan tugas oleh Allah sebagai wakil/utusan-Nya, sebagaimana yang diwahyukan Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak Menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi”………….”. Maka wahyu ini menegaskan bahwa setiap manusia adalah wakil Allah yang tugasnya memenuhi seruan Allah.

  1. Manusia diberikan tempat untuk beribadah, maka tempat beribadah itu hanya layak ditempati bagi mereka yang Ta’at kepada Allah, sebagaimana diwahyukan Allah dalam surah Al-Anbiyaa (21) ayat 105 “Dan Sungguh Telah kami Tulis di dalam Zabur sesudah Kami Tulis di dalam Lauhul Mahfuz, bahwasanya Bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang Shaleh.” Maka hanya Hamba-hamba Allah yang Shaleh yang berhak mengelola Bumi Allah ini.

  1. Manusia diberikan aturan dalam memenuhi tugasnya beribadah di Bumi ini, sebagaimana diwahyukan Allah di dalam surah Al-Jatsiyah (45) ayat 20 “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. Maka demikianlah wahyu ini Allah terangkan kepada kita bahwa: Al-Qur’an itu adalah petunjuk (teori/aturan) yang harus kita pedomani (praktekkan) agar kita mendapatkan Rahmat-Nya (hasilnya yakni kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat), bagi orang-orang yang Yakin kepada Allah.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Ibadah kita akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah, sebagaimana Allah wahyukan di surah Al-Mu’minuun (23) ayat 115 “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” Demikianlah keterangan Allah bahwa Ibadah itu adalah sesuatu yang serius, bukan main-main. Dan apa yang kita tunaikan di bumi ini akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.


B. Shalat sebagai salah satu bentuk Ibadah kita kepada Allah Swt.

  1. Perintah Shalat:
Sebagaimana diwahyukan Allah di dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 45 “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. ” Ayat ini memiliki makna yang sangat luas dan sangat besar manfa’atnya. Ada beberapa hal penting yang harus kita fahami;

  1. Penolong manusia itu adalah sabar dan shalat; lalu apa itu sabar?
Sabar itu bermakna:
Tidak Lemah      = Kuat;
Tidak Lesu          = Semangat, dan
Tidak Menyerah = Istiqomah (Konsisten terhadap apa yang kita perjuangkan)

Hal ini di jelaskan Allah di dalam wahyunya surah Ali-‘Imran (3) ayat 146: “Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka, sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada Musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar.” Maka Allah menyukai orang-orang yang Sabar, yakni orang-orang yang senantiasa bertaqwa (menjaga) amanah Allah dengan segala ujian-ujian yang diterimanya sebagaimana orang-orang terdahulu menerima ujian dalam memperjuangkan Islam.
Jadi sabar itu bermakna: Tetap kuat dan semangat serta istiqomah terhadap segala bentuk ujian yang kita terima dari Allah.

Shalat itu bermakna: Segala aktivitas manusia yang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam, yang bermakna bahwa Shalat sebagai salah satu ibadah untuk membesarkan Allah (Takbir, bermakna membesarkan) dalam rangka mewujudkan Keselamatan di muka bumi ini (Salam, bermakna selamat).
Jadi Shalat itu tidak hanya sebagai bentuk ibadah yang Ritual saja, karena Shalat harus diaplikasikan dalam kehidupan ber-mu’amalah (ber’amal/amalan) sehari-hari sebagai bentuk ibadah Sosial kita di lingkungan masyarakat.

  1. Sabar dan Shalat itu berat, kecuali bagi orang yang Khusyu’
Beratnya Sabar dan Shalat itu hanyalah rasa, dan memang rasa ini yang terkadang dirasakan oleh kita sesuatu yang menyakitkan di dalam hati. Maka perlu kembali kita memahami bahwa rasa itu adalah sebagai bentuk ujian dari Allah kepada kita agar kita senantiasa ingat kepadanya, semakin kita memahami bahwa semua ini adalah ujian dari Allah, maka InsyaAllah kita akan terlatih untuk lebih bisa menerima segala ujian dari Allah. Jika terus menerus hal ini kita hadapi dengan Ikhlas (semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Allah) maka itulah yang kita kenal dengan Khusyu’, kita hanif (lurus) dalam beribadah kepada Allah dalam mengharapkan ridho-Nya, dan tidak terganggu oleh bisikan-bisikan orang lain yang berniat tidak baik kepada kita. Meskipun fisik kita dalam keadaan tidak sehat, maka tetap ingat kepada Allah.
Karena ‘Aqidah (ikatan kita kepada Allah) adalah modal utama Ibadah kita kepada Allah. ‘Aqidah yang kuat adalah bentuk percaya diri seorang hamba Allah yang berjuang di Jalan-Nya, tanpa rasa khawatir akan ujian yang ada di hadapannya, tetap istiqomah (konsisten) dan selalu bertaqwa (menjaga perintah-Nya) hingga Allah memanggil kita.


Surah Adh-Dhuha (93) untuk lebih menguatkan lagi diri kita betapa besarnya Cinta Allah kepada kita selaku hamba-Nya yang shaleh.

Ayat 3: Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci padamu.
Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya yang Ta’at dan tidak akan pernah membenci kita selama kita menta’ati segala amanah dan menyelesaikan ujian yang Allah berikan kepada kita.

Ayat 4: Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada permulaan
Allah telah memberikan jaminan kepada kita bahwa semua yang kita perjuangkan atas amanah dan ujian yang Allah berikan kepada kita akan ada akhirnya, dan semuanya itu akan baik adanya selama kita istiqomah/konsisten menunaikannya.

Ayat 5: Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu hatimu menjadi puas.
Dalam setiap ujian itu kita akan merasakan suatu kemenangan atas apa yang kita perjuangkan hingga kita diwafatkan-Nya, jadi kita tidak perlu khawatir karena Karunia Allah itu pasti kita dapatkan atas perjuangan yang kita lakukan.

Ayat 6: Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yang yatim, lalu dia melindungimu
Yatim itu bermakna sendiri, maka jika seorang hamba Allah yang mencari kebenaran di jalan Allah, maka Allah akan memberikan jalan-Nya (petunjuk berupa wahyu Allah di dalam Al-qur’an melalui orang lain hingga kita memahami petunjuk itu) sebagai bentuk perlindungan seorang hamba Allah dari hal-hal yang tidak baik yang ia temukan di lingkungannya; apakah itu fitnah, tuduhan yang tidak benar, kenikmatan dunia, dan hal-hal lain yang dapat mencelakai dirinya.

Ayat 7: Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk
Ketika seorang hamba Allah dalam keadaan bingung (tidak tahu harus berbuat apa dan untuk apa) maka Allah pasti memberikannya pentunjuk melalui orang-orang yang telah ia tunjuk untuk menyampaikannya berupa pemahaman & pengajaran yang baik hingga kita memahami dan mau melaksanakannya. Karena kita semua adalah bagian dari orang-orang yang diberikan tugas oleh Allah untuk menunjuki orang lain yang mau bermu’amalah di jalan Allah.

Ayat 8: Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan.
Atas apa yang kita perjuangkan, maka Allah telah mencukupkan nikmat-Nya kepada kita, bukan hanya nikmat materi, tapi yang terpenting adalah nikmat atas Kuatnya ‘Aqidah kita dalam Beribadah, senantiasa Istiqomah dan Taqwa, serta Sabar dalam melalui ujian yang diberikan-Nya.

Ayat 11: Dan Terhadap Nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (untuk bersyukur)
Wujud syukur kita adalah dengan selalu mengingatkan diri kita dan diri orang lain untuk senantiasa menjalankan segala perintah Allah dalam kondisi apupun, Ikhlas dalam menerima segala cobaan agar ‘Aqidah Islam kita tetap terpelihara dengan baik

Demikian dahulu yang dapat di sampaikan kepada kita semua, semoga bermanfa’at adanya. Jika ada yang salah penulis mohon ma’af, karena kebenaran datangnya dari Allah.

Salam


Jakarta, 24 November 2012


Wednesday, November 14, 2012

Manusia Menjadi Sadar atas Hidayah Illahi



Salam...


Jika dikatakan kita lupa dengan Tuhan, tentu benar adanya. Lupa yang di maksud adalah banyak melupakan Tuhan dan sedikit mengingat-Nya. Apa yang kita lupakan? Kita lupa akan kewajiban selaku makhluk Tuhan dengan aturan-aturan-Nya sebagai pembatas aktivitas manusia agar tidak menyimpang dalam prakteknya. Penyimpangan yang di maksud adalah setiap perbuatan dan ucapan yang tidak bermanfa'at dan sia-sia adanya.

Kita ingat Tuhan ketika tersadar akan sesuatu, bisa jadi karena kita butuh Tuhan pada saat itu. Padahal setiap waktu kita membutuhkan pertolongan Tuhan, namun mungkin kita lupa akan hal itu. Kita butuh Tuhan di saat kita sudah tidak punya daya upaya lagi untuk berbuat terhadap sesuatu. Padahal sebenarnya yang dibutuhkan Tuhan bukanlah permintaan kita atas ketidak-mampuan kita atau ketidak-kuasaan-kita atas sesuatu. Tuhan hanya ingin kita selalu berdo'a kepada-Nya agar senantiasa diberikan petunjuk dan perlindungan dalam setiap ucapan dan perbuatan agar tidak menyimpang dari ketetapan-Nya.


Akan ada suatu masa dimana manusia tersadar atas ke-khilafannya yang disengaja atau tidak. Entahlah, apakah sudah ada yang menemukan titik balik dari kehidupan kita yang selama ini jauh dari-Nya atau sebatas maunya kita saja. Titik balik itu biasanya menjadi puncak ketidak-berdayaan seorang hamba Tuhan atas ujian yang ia terima sebagai titik awal perjuangan hidupnya secara kaffah (keseluruhan) untuk kembali ke-jalan-Nya secara total, tidak lagi mengulangi pelanggaran-pelanggaran atas garis-garis yang ditetapkan Tuhan dan senantiasa mengingat-Nya dengan ucapan dan perbuatan yang baik.

Hidayah Tuhan itu akan datang kepada kita, pada suatu masa dimana kita merasakan lumpuhnya diri kita atas ketidak-berdayaan dari perbuatan kita sendiri. 


Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dalam menunaikan Tugas Suci Ini.


Salam...



Jakarta, 14 November 2012

Tuesday, November 13, 2012

Filosofi Posisi Duduk Saat Belajar di Ruang Kuliah


Salam....


Hal yang menjadi kebiasaan penulis selama menempuh pendidikan berkenaan dengan posisi tempat duduk, dimana posisi duduk di bagian belakang (tengah) bagi penulis sangatlah strategis, karena:

a. Kita bisa melihat semua sahabat-sahabat kita yang hadir & siapa sahabat kita yang tidak hadir

b. Kita bisa melihat apa saja yang mereka lakukan selama belajar. 

c. Kita bisa menilai mana sahabat yang serius belajar dan mana yang tidak.

d. Kita bisa menilai diri kita sendiri kita masuk kategori yang mana.

Pelajaran terpenting dengan duduk dibelakang bagi penulis pribadi, kita lebih memiliki cakupan ruang pandang yang lebih luas, sehingga membuat ruang berfikir juga semakin lebar dan tidak merasa sempit. 

Karena bagi penulis pribadi, relaksasi saat belajar itu sangat penting untuk menghilangkan kejenuhan di ruang belajar. Andai saja penulis duduk di bangku paling depan, dan melihat/menoleh ke belakang. Maka akan tidak enak di lihat oleh pendidik. Padahal sebenarnya mungkin kita ingin menghilangkan kejenuhan selama menerima materi misalnya.

Itulah sebabnya mengapa penulis lebih memilih duduk di posisi belakang terutama bagian tengah. Karena bagi penulis, relaksasi otak di sela-sela belajar itu sangatlah penting, agar kerja otak tidak monoton dan merasa berat akibat beban berfikir dari aktivitas belajar yg memerlukan kefokusan dalam menerima materi pelajaran.


Terkadang melihat tingkah laku teman-teman yang sedang menerima materi pendidikan juga membuat fikiran menjadi rileks kembali disela-sela penulis memperhatikan apa yang dijelaskan oleh pendidik di depan ruang kuliah. 

Belajar itu bagi penulis pribadi harus rileks, tidak monoton yang dapat membuat kepala sakit dan perasaan cepat jenuh menjadi muncul. Karena jika sudah jenuh terkadang kita menjadi hilang konsentrasi saat menerima materi perkuliahan. Maka dari itu, perlu upaya-upaya positif untuk menghilangkan kejenuhan saat menerima materi kuliah.


Ini hanya pendapat pribadi penulis saja, bukan berarti posisi duduk di tempat yang lain tidak baik.


Terima kasih....


Salam...


Jakarta, 13 November 2012



Monday, November 12, 2012

Belajar Lagi....dan Terus Belajar....



Salam...


Belajar menjadi menarik untuk diperbincangkan, ketika belajar itu menjadi suatu kebutuhan yang mendesak (bagi sebagian orang). Ketika sudah dekat waktunya, maka barulah kita sibuk mempersiapkannya. Apapun itu; tugas kuliah, tugas sekolah, tugas kantor, pelatihan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan yang namanya belajar.


Manusia (termasuk penulis) cukup sering melakukan hal-hal seperti ini, selalu memaksakan diri berpacu dengan waktu, padahal sebelumnya begitu banyak waktu yang bisa digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan/tugas yang kita emban. Tapi memang, kondisi serba terburu-buru terkadang punya kesan dan kepuasan tersendiri. Namun penuh dengan resiko tentunya.


Dari pengalaman kita semua, tentu ada pelajaran positif yang bisa kita ambil untuk masa depan yang lebih baik. Jangan pernah berhenti belajar, dan teruslah belajar. Agar kita mendapatkan apa yang kita cita-citakan dengan cara yang baik dan benar


Jangan pernah berhenti pada satu tingkatan atau jenjang pendidikan, karena pendidikan tidak pernah mengenal batas waktu  selama Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk menguasai Ilmu-Nya.



Salam...


Jakarta, 12 November 2012



Thursday, November 8, 2012

Perbandingan Waktu Ujian dengan Tingkat Kesulitan & Jumlah Soal



Salam...


Jadi ingat lagi waktu UMPTN & SPMB, 100 % soal di ujikan tidak/belum ada yang dapat mengerjakan 100% benar semuanya dari seluruh soal yang di ujikan.

Pengalaman ikut UTS Trigonometri, 5 soal dengan sub-sub soalnya yang banyak dengan waktu 90 menit. Maka tiap soal setidaknya dapat diselesaikan dalam waktu 18 menit. Tapi, pada kenyataannya tidaklah semudah yang diperhitungkan. kalau di total semuanya 19 soal yang artinya tiap  soal wajib diselesaikan dalam waktu kurang lebih 4 menit dan 45 detik.

Belum lagi tingkat kesulitan soal, juga menjadi perhitungan penting. Yang pada akhirnya jika tidak bisa dikerjakan maka soal tersebut tidak akan mendapatkan nilai.

Sepertinya kita sebagai mahasiswa nih yang harus lebih serius belajar; mau buka buku atau tutup buku saat ujian jika kita belajar bersungguh-sungguh, InsyaAllah kita akan lebih baik dalam penilaian.

Mudah-mudahan kita bisa lebih baik ke depannya


Salam....


Jakarta, 08 November 2012








Wednesday, November 7, 2012

Sikap Merendahkan Diri di Hadapan Tuhan & Sesama Makhluk-Nya



Salam...



Tidak ada yang lebih Tinggi dari pada Tuhan, Rabb Yang Maha Kuasa. Tuhan Yang Maha Sempurna mampu berbuat Adil kepada makhluk-Nya. Sebenarnya ini adalah pelajaran bagi manusia, bahwa Tuhan ingin makhluk ciptaan-Nya juga dapat berbuat Adil kepada sesamanya dan se-isi alam semesta ini. Tuhan mengajarkan kita untuk menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya, sesuai dengan kadarnya, serta fungsi dan kebutuhannya.


Jika bukan karena Tuhan, kita tentu tidak akan ada dalam kehidupan dunia ini. Fikirkanlah akan kekuasaan-Nya, karena yang demikian adalah pelajaran yang baik bagi manusia untuk memikirkan tentang besarnya kuasa Illahi. Kita diajak untuk selalu merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, agar kita tidak meninggikan diri kita dihadapan makhluk-Nya. Tiadalah yang demikian yang akan di lihat Rabb yang Maha Mengetahui, melainkan 'amalan kita dari apa yang telah kita perbuat dengan niat yang Ikhlas untuk membantu sesama makhluk-Nya. Jangan pernah meninggikan diri kita, karena itu akan lebih condong kepada sesuatu yang tidak sehat.


Mulailah untuk selalu merendah, karena kecenderungan itu akan lebih baik kepada orang-orang yang melihatnya. Tidak sedikit orang-orang yang belajar dari sesuatu yang rendah, meskipun yang tinggi ada dihadapan mereka.


Salam...


Jakarta, 07 November 2012



Monday, November 5, 2012

Semangat Belajar Menjadikan Mahasiswa Terampil dan Aktif



Salam...



Menjadi mahasiswa yang belajar di bangku perkuliahan tentu saja banyak mendapatkan pengalaman dari interaksi selama proses pendidikan berlangsung. Harapan setiap pendidik dan lembaga pendidikan tentunya mengharapkan para mahasiswa mampu mengikuti setiap materi perkuliahan dengan baik sehingga dapat menguasai ilmu yang disampaikan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar bukanlah mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, mana yang benar dan mana yang salah. Tapi belajar adalah salah satu cara kita untuk memahami dan menganalisa setiap materi/permasalahan yang ada dan atau diajukan untuk mengasah otak kita terhadap persoalan apa yang sedang kita hadapi, sehingga kita mampu menyimpulkan suatu cara atau metode apa yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. 


Jangan khawatir terhadap kekurangan (kemampuan) kita berfikir, karena kita semua dalam proses belajar. Jika kita terus berlatih membiasakan diri untuk belajar dari setiap permasalahan, mudah-mudahan kita semakin mendapatkan banyak pelajaran bagaimana cara mengatasi suatu permasalahan. Jadi, jangan takut salah dalam belajar, karena kita sedang melatih daya fikir kita untuk menganalisa suatu persoalan. Tanpa melatih diri, kemampuan kita tidak akan lebih baik dari sebelumnya.


Keaktifan seorang mahasiswa memberikan peluang besar bagi dirinya untuk terus belajar dan belajar dari banyak pengalaman, sehingga dia punya banyak peluang dan cara untuk menyelesaikan suatu masalah yang baru dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.


Mahasiswa terampil tentunya menjadi harapan besar bagi bangsa ini, semoga kita diberikan kekuatan untuk terus belajar dari setiap permasalahan yang kita coba selesaikan. Jadikan semangat belajar kita sebagai gerbang untuk memulai diri menjadi Mahasiswa yang terampil dan aktif di manapun kita berada.



Salam...



Jakarta, 05 November 2012 


Sunday, November 4, 2012

Teladani Sisi Positif dari Para Pendidik


Salam...


Alhamdulillah, besok sudah mulai UTS (Usaha Terampil Sukses). Meskipun demikian bukan berarti menulis di blog yang sederhana ini jadi ikutan libur tanpa coretan. 


Penulis dalam setiap pertemuan pada perkuliahan selalu belajar dari para dosen pendidik; bagaimana mereka berkomunikasi dengan para mahasiswa/wi, bagaimana mereka menyampaikan materi, bagaimana mereka menjawab setiap pertanyakan dalam proses perkuliahan, dan bagaimana mereka disiplin terhadap waktu mereka dalam mendidik, seperti ketepatan waktu dari mulai masuk waktu belajar hingga selesai waktu perkuliahan.


Jangan kaget jika ada yang tidak sesuai dengan fikiran dan hati kita dari apa yang kita lihat dari para dosen pendidik. Ambil sisi positif dari setiap hal yang kita temukan dalam proses pendidikan, pertahankan niat kita untuk terus berusaha belajar. Kekurangan mereka menjadi tugas kita untuk memenuhinya dengan memberikan yang terbaik untuk pendidikan Indonesia hari ini dan di masa depan.


Lihat diri kita, belajarlah dari orang lain yang memberikan contoh pelajaran yang baik. Dari sanalah kita akan mendapatkan sisi positif dari diri kita sendiri yang juga dapat dijadikan contoh pelajaran yang baik oleh orang lain.


Salam...



Jakarta, 04 November 2012

Friday, November 2, 2012

Menjadi Mahasiswi/wa Calon Pendidik yang Memilki Inisiatif dalam Masa Perkuliahan


Salam...


Alhamdulillah... Kita masih diberikan Tuhan kesempatan untuk menimba (Ilmu) hingga sa'at ini. Ini wajib kita syukuri dengan memanfa'atkan sarana perkuliahan untuk berbagi informasi dengan sesama rekan/sahabat dan juga dosen pendidik di tempat kita menimba (Ilmu).


Saya menggunakan kata "menimba" karena memang menimba itu bukan pekerjaan yang ringan; perlu kesabaran, ketahanan, dan keuletan (bukan ulekan lho, meskipun sama capeknya :) ). Belajar dari pengalaman selama hampir 2 bulan di bangku kuliah, saya banyak belajar dari para dosen pendidik, rekan/sahabat di perkuliahan tentang banyak hal; mulai dari ilmu pada perkuliahan yang sedang dihadapi, cara dosen pendidik menyampaikan materi dan berkomunikasi, hingga etika bergaul di dalam suasana perkuliahan.


Setidaknya, kita sudah punya cukup bekal awal dalam meneruskan proses pendidikan di bangku kuliah ini setidaknya dengan adanya inisiatif kita untuk belajar mandiri sebagaimana biasanya, sehingga ada/ tanpa ada Dosen yang tidak hadir karena izin untuk sesuatu hal yang penting, kita tetap dapat belajar dan menyimpulkan setiap materi yang sedang di pelajari.


Memupuk kemandirian belajar dan inisiatif untuk mau berbagi informasi dalam ruang diskusi dalam proses perkuliahan hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan, agar menjadi bekal kepada kita para calon pendidik di masa depan.


Demikian sedikit coretan kecil dari saya, semoga bermanfa'at bagi kita yang membacanya.

Selamat menunaikan UTS ( Usaha Terampil Sukses)


Salam...


Jakarta, 02 November 2012

Tuhan Sangat Mencintai Hamba-Nya Yang Mencintai Saudaranya



Salam...


Secara lahiriyah manusia terlahir suci ke dunia ini. Manusia diberikan Tuhan kelengkapan diri berupa akal untuk berfikir, hati untuk merasakan dan membenarkan apa yang telah difikirkan oleh akal, dan hawa nafsu untuk melaksanakan apa yang telah difikirkan oleh akan dan dibenarkan oleh hati dengan sebaik-baiknya.

Begitu cintanya Rabb Yang Maha Besar ini, manusia juga diberikan kelengkapan di luar dirinya agar dapat beraktivitas di dalam kehidupannya. Tuhan memberikan manusia sarana untuk hidup yakni bumi  yang ada di alam semesta ini dengan segala kelengkapan zat dan wujud yang ada di dalamnya  dan aturan yang benar sebagai alat ukur yang tepat untuk melakukan setiap perbuatan di dalam aktivitas hidup manusia.

Betapa besar cinta-Nya kepada kita manusia sepanjang kehidupan kita. Lalu, pelajaran apa yang dapat kita ambil dari apa yang telah diberikan Tuhan Yang Ahad kepada kita?

Hendaknya dan sepatutnya, Rasa cinta yang ditunjukkan Rabb Yang Maha Berkehendak ini menjadi pelajaran yang utama kepada kita manusia dalam beraktivitas. Tuhan membuktikan rasa citanya kepada manusia dengan tujuan ciptaan-Nya dapat hidup dengan layak, baik, dan sehat dalam suasana damai dan sejahtera. Maka, begitu pula hendaknya kita selaku ciptaan-Nya mau mencontoh Rabb yang telah memberikan yang terbaik kepada kehidupan kita ini.


Rasa cinta itu adalah rasa peduli seorang hamba Tuhan kepada hamba-Nya yang lain dan lingkungan yang ada disekitarnya karena adanya kesamaan fitrah dari Tuhan. Tuhan menghendaki hamba-hamba-Nya mendapatkan kesamaan kehidupan yang layak dan mendapatkan hak-hak yang sesuai sebagaimana yang telah ditetapkan Tuhan di dalam aturan-Nya.

Rasa peduli atas kesamaan fitrah dari Rabb Yang Maha Adil ini hendaknya disadari oleh setiap manusia yang juga dapat terjadi karena rasa kasihan dan rasa kebersamaan. Karena 2 hal tersebut merupakan jembatan dalam menuangkan rasa cinta seorang manusia terhadap manusia-manusia yang lain dalam mewujudkan kesamaan hak sebagai sesama makhluk Tuhan.


Dengan demikian, tanamkanlah rasa cinta kita selaku makhluk Tuhan yang memili akal kepada sesama manusia dan lingkungan sekitar untuk 1 tujuan yang mulia sebagaimana fitrah-Nya yang telah menjadikan manusia dapat hidup dengan layak dan sempurna di bumi ini.

Teruslah berbuat kebaikan, karena kebaikan itu adalah peringatan yang bermanfa'at bagi kita semua.



Salam...


Jakarta, 02 November 2012