Bismillah Ar-Rahmaan
Ar-Rahiim
Bismillahi Tawakkalnaa
‘Alallaaha Laa haula wa laa Quwwata Illa Billaha
Asyhadu Allaa Ilaa ha
Illallaha wa Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah
(Dengan Nama Allah saya
bertawakkal kepada-Nya, tiada daya upaya dan kekuatan melainkan atas
Kehendak-Nya. Saya bersaksi tiada Sembahan selain Allah, dan saya
bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah)
Innallaaha yuhibbullazii
na yuqaatiluuna fii Sabiilihi Shaffan Ka annahum Bunyaanun Marsus.
Qs. Ash-Shaff (61) ayat 4.
(Sesungguhnya
Allah meunykai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan
yang teratur seakan-akan mereka seperti seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.)
Yaa Ayyuhallazii na
Aamanuu Taqqullaha wal tanzur nafsumma qad dhamat lighad,
Wattaqullaaha Innallaaha Khabirun bimaa Ta’maluun. Qs. Al-Hasyr
(59) ayat 18
(Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan
bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.)
Semoga kita semua dalam
keadaan sihat wal’aafiat dan selalu dalam Lindungan Allah Swt.
Sedikit materi berkenaan
kekhusyu’an kita dalam beribadah. Intinya materi ini berguna untuk
siapapun yang berniat ingin menjadi lebih baik dalam memahami dan
mengaplikasikan dari makna Ibadah itu sendiri.
A. Hal-hal yang
berkenaan dengan Ibadah
Ibadah, yang dalam bahasa
wahyu-Nya adalah ‘abada, yang bermakna mengabdi.
Berdasarkan surah Adz-dzaariat (51) ayat 56, “Dan Aku
tidak menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”.
Ada 2 hal yang harus kita
fahami dari wahyu Allah tersebut:
- Tidak ada tujuan lain Allah menciptakan Jin & Manusia selain untuk mengabdi/menyembah-Nya. Karena kita adalah manusia, maka penuhilah tugas kita selaku manusia untuk menyembah Allah.
- Menyembah Allah adalah suatu bentuk pengabdian seorang hamba Allah kepada Rabb-Nya yang Ahad, dengan segala ujian yang diberikannya tanpa terkecuali selama hamba-Nya diberikan kesempatan untuk beribadah di Bumi ini.
Lalu bagaimana kita
mengaplikasikan Ibadah? Maka Allah memberikan kita beberapa hal agar
Ibadah kita dapat terlaksana dengan sempurna:
- Manusia diberikan tugas oleh Allah sebagai wakil/utusan-Nya, sebagaimana yang diwahyukan Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak Menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi”………….”. Maka wahyu ini menegaskan bahwa setiap manusia adalah wakil Allah yang tugasnya memenuhi seruan Allah.
- Manusia diberikan tempat untuk beribadah, maka tempat beribadah itu hanya layak ditempati bagi mereka yang Ta’at kepada Allah, sebagaimana diwahyukan Allah dalam surah Al-Anbiyaa (21) ayat 105 “Dan Sungguh Telah kami Tulis di dalam Zabur sesudah Kami Tulis di dalam Lauhul Mahfuz, bahwasanya Bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang Shaleh.” Maka hanya Hamba-hamba Allah yang Shaleh yang berhak mengelola Bumi Allah ini.
- Manusia diberikan aturan dalam memenuhi tugasnya beribadah di Bumi ini, sebagaimana diwahyukan Allah di dalam surah Al-Jatsiyah (45) ayat 20 “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. Maka demikianlah wahyu ini Allah terangkan kepada kita bahwa: Al-Qur’an itu adalah petunjuk (teori/aturan) yang harus kita pedomani (praktekkan) agar kita mendapatkan Rahmat-Nya (hasilnya yakni kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat), bagi orang-orang yang Yakin kepada Allah.
Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan bahwa Ibadah kita akan diminta pertanggungjawabannya
oleh Allah, sebagaimana Allah wahyukan di surah Al-Mu’minuun
(23) ayat 115 “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya
Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami?” Demikianlah
keterangan Allah bahwa Ibadah itu adalah sesuatu yang serius, bukan
main-main. Dan apa yang kita tunaikan di bumi ini akan kita
pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
B. Shalat sebagai salah
satu bentuk Ibadah kita kepada Allah Swt.
- Perintah Shalat:
Sebagaimana diwahyukan
Allah di dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 45 “Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. ”
Ayat ini memiliki makna yang sangat luas dan sangat besar
manfa’atnya. Ada beberapa hal penting yang harus kita fahami;
- Penolong manusia itu adalah sabar dan shalat; lalu apa itu sabar?
Sabar itu bermakna:
Tidak Lemah = Kuat;
Tidak Lesu = Semangat,
dan
Tidak Menyerah =
Istiqomah (Konsisten terhadap apa yang kita perjuangkan)
Hal ini di jelaskan Allah
di dalam wahyunya surah Ali-‘Imran (3) ayat 146: “Dan
berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka,
sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan
Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada Musuh. Allah
menyukai orang-orang yang sabar.” Maka Allah
menyukai orang-orang yang Sabar, yakni orang-orang yang senantiasa
bertaqwa (menjaga) amanah Allah dengan segala
ujian-ujian yang diterimanya sebagaimana orang-orang terdahulu
menerima ujian dalam memperjuangkan Islam.
Jadi sabar itu
bermakna: Tetap kuat dan semangat serta istiqomah terhadap segala
bentuk ujian yang kita terima dari Allah.
Shalat itu bermakna:
Segala aktivitas manusia yang diawali dengan takbir dan di akhiri
dengan salam, yang bermakna bahwa Shalat sebagai salah satu ibadah
untuk membesarkan Allah (Takbir, bermakna membesarkan) dalam rangka
mewujudkan Keselamatan di muka bumi ini (Salam, bermakna selamat).
Jadi Shalat itu tidak
hanya sebagai bentuk ibadah yang Ritual saja, karena Shalat harus
diaplikasikan dalam kehidupan ber-mu’amalah
(ber’amal/amalan) sehari-hari sebagai bentuk ibadah Sosial kita di
lingkungan masyarakat.
- Sabar dan Shalat itu berat, kecuali bagi orang yang Khusyu’
Beratnya Sabar dan Shalat
itu hanyalah rasa, dan memang rasa ini yang terkadang dirasakan oleh
kita sesuatu yang menyakitkan di dalam hati. Maka perlu kembali kita
memahami bahwa rasa itu adalah sebagai bentuk ujian dari Allah kepada
kita agar kita senantiasa ingat kepadanya, semakin kita memahami
bahwa semua ini adalah ujian dari Allah, maka InsyaAllah kita akan
terlatih untuk lebih bisa menerima segala ujian dari Allah. Jika
terus menerus hal ini kita hadapi dengan Ikhlas (semata-mata hanya
mengharapkan ridho dari Allah) maka itulah yang kita kenal dengan
Khusyu’, kita hanif (lurus) dalam beribadah kepada
Allah dalam mengharapkan ridho-Nya, dan tidak terganggu oleh
bisikan-bisikan orang lain yang berniat tidak baik kepada kita.
Meskipun fisik kita dalam keadaan tidak sehat, maka tetap ingat
kepada Allah.
Karena ‘Aqidah
(ikatan kita kepada Allah) adalah modal utama Ibadah kita kepada
Allah. ‘Aqidah yang kuat adalah bentuk percaya diri
seorang hamba Allah yang berjuang di Jalan-Nya, tanpa rasa
khawatir akan ujian yang ada di hadapannya, tetap istiqomah
(konsisten) dan selalu bertaqwa (menjaga perintah-Nya) hingga Allah
memanggil kita.
Surah
Adh-Dhuha (93) untuk lebih menguatkan lagi diri kita betapa besarnya
Cinta Allah kepada kita selaku hamba-Nya yang shaleh.
Ayat 3: Tuhanmu tiada
meninggalkan kamu dan tiada pula benci padamu.
Allah tidak akan pernah
meninggalkan hamba-hamba-Nya yang Ta’at dan tidak akan pernah
membenci kita selama kita menta’ati segala amanah dan menyelesaikan
ujian yang Allah berikan kepada kita.
Ayat 4: Dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada permulaan
Allah telah memberikan
jaminan kepada kita bahwa semua yang kita perjuangkan atas amanah dan
ujian yang Allah berikan kepada kita akan ada akhirnya, dan semuanya
itu akan baik adanya selama kita istiqomah/konsisten menunaikannya.
Ayat 5: Dan kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu hatimu menjadi
puas.
Dalam setiap ujian itu
kita akan merasakan suatu kemenangan atas apa yang kita perjuangkan
hingga kita diwafatkan-Nya, jadi kita tidak perlu khawatir karena
Karunia Allah itu pasti kita dapatkan atas perjuangan yang kita
lakukan.
Ayat 6: Bukankah dia
mendapatimu sebagai seorang yang yatim, lalu dia melindungimu
Yatim itu bermakna
sendiri, maka jika seorang hamba Allah yang mencari kebenaran di
jalan Allah, maka Allah akan memberikan jalan-Nya (petunjuk berupa
wahyu Allah di dalam Al-qur’an melalui orang lain hingga kita
memahami petunjuk itu) sebagai bentuk perlindungan seorang hamba
Allah dari hal-hal yang tidak baik yang ia temukan di lingkungannya;
apakah itu fitnah, tuduhan yang tidak benar, kenikmatan dunia, dan
hal-hal lain yang dapat mencelakai dirinya.
Ayat 7: Dan dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk
Ketika seorang hamba Allah
dalam keadaan bingung (tidak tahu harus berbuat apa dan untuk apa)
maka Allah pasti memberikannya pentunjuk melalui orang-orang yang
telah ia tunjuk untuk menyampaikannya berupa pemahaman &
pengajaran yang baik hingga kita memahami dan mau melaksanakannya.
Karena kita semua adalah bagian dari orang-orang yang diberikan tugas
oleh Allah untuk menunjuki orang lain yang mau bermu’amalah di
jalan Allah.
Ayat 8: Dan dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan
kecukupan.
Atas apa yang kita
perjuangkan, maka Allah telah mencukupkan nikmat-Nya kepada kita,
bukan hanya nikmat materi, tapi yang terpenting adalah nikmat atas
Kuatnya ‘Aqidah kita dalam Beribadah, senantiasa
Istiqomah dan Taqwa, serta Sabar dalam melalui
ujian yang diberikan-Nya.
Ayat 11: Dan Terhadap
Nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (untuk
bersyukur)
Wujud syukur kita adalah
dengan selalu mengingatkan diri kita dan diri orang lain untuk
senantiasa menjalankan segala perintah Allah dalam kondisi apupun,
Ikhlas dalam menerima segala cobaan agar ‘Aqidah Islam kita tetap
terpelihara dengan baik
Demikian dahulu yang dapat
di sampaikan kepada kita semua, semoga bermanfa’at adanya. Jika ada
yang salah penulis mohon ma’af, karena kebenaran datangnya dari
Allah.
Salam
Jakarta, 24 November 2012