Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Tuesday, June 5, 2012

Peserta Didik Dengan Keragaman Sifat dan Perilaku

Salam....

Meskipun baru menjadi pendidik, telah banyak pengalaman dan pelajaran yang diambil oleh pendidik dari  beberapa murid yang pernah diajarkan dan di didik. Tidaklah sama, antara seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya. Apa yang hingga saat ini pendidik alami adalah semakin waktu begitu banyak ujian yang diberikan Tuhan kepada pendidik dalam menunaikan Amanah-Nya. 


Anak-anak hari ini (dari pengalaman pendidik) begitu agresif dan antusias dalam hal hiburan yang menyenangkan dirinya. Saat belajar-pun mereka masih saja bercerita seputar permainan di video games atau game online di internet. Belum lagi masalah kelompok atau gank yang hari ini cukup marak di kalangan pelajar SMA, SMP, bahkan SD-pun sudah ada (kata mereka ini mengikuti senior aja yang SMP, begitu pula kata yang SMP, ini mengikuti senior yang SMA). Tidak hanya sampai disitu, pengaruh budaya yang tidak sehat seperti musik dan cara bergaul anak-anak SD yang sudah seperti anak-anak SMA dan dewasa (mereka sering membicaraan cinta, pacaran, jadian, dan lain sebagainya). Hal ini pendidik alami sendiri saat memberikan materi pelajaran di tempat pendidik mengajar. Saat mereka dilarang untuk bercerita dan fokus kepada pelajaran, mereka tetap saja mengulangi pembicaraan yang seharusnya tidak mereka ketahui.


Pendidik menilai, ada norma-norma positif yang hari ini tidak lagi di-estafet-kan oleh orang tua atau orang yang bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan dalam membesarkan seorang anak. Seharusnya dengan besarnya pengaruh budaya negatif dalam pergaulan dan perkembangan teknologi yang serba bebas namun kebablasan tanpa adanya suatu pembatasan yang tegas dari lingkungan keluarga dan masyarakat, serta di lembaga pendidikan formal menyebabkan anak-anak hari ini cenderung tidak punya rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri; mereka tidak pernah berfikir saya harus menjadi anak yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, mendahulukan pendidikan agar mendapatkan nilai positif yang bermanfa'at untuk masa depan, serta bertanggung jawab akan tugas-tugasnya di rumah membantu orang tua.

Lihat saja hari ini, apa yang dikerjakan oleh anak-anak usia SD, SMP, bahkan SMU. Kebanyakan dari mereka hanya sibuk dengan kesenangan pribadi tanpa peduli akan masa depan pendidikan, mulai dari, sibuk dengan penyanyi atau penari musik yang membuat mereka tergila-gila, hingga lupa akan pribadi mereka. Sibuk sms dan telefon-telefon dengan teman mereka yang sebenarnya tidak perlu mereka lakukan jika hanya membahas seputar pacar, musik, cowok/cewek keren. Belum lagi tradisi tauran masal (tentunya tidak terlepas dari fasilitas telekomunikasi dan fasilitas internet ) yang sepertinya telah menjadi ritual wajib bagi mereka dari waktu ke waktu (tidak hanya disuatu tempat, tapi di banyak tempat dari pengalaman yang pendidik lihat). Juga yang berhubungan seputar nongkrong  dan wara-wiri menggunakan kendaraan bermotor gaya-gayaan sana sini (sudah tidak punya KTP, tidak punya SIM, tidak pakai pelindung kepada atau helm, boncengannya lebih dari 2 orang lagi), fyuuhh...dan yang anehnya lagi nih, orang tua mereka malah memberikan segala fasilitas yang memiliki resiko negatif yang tinggi jika hal itu terjadi.


Mau lihat dan tahu buktinya, silahkan lihat di televisi, di lingkungan tempat kita beraktivitas, dan tempat di mana kita sering melalui suatu lingkungan di sekitar kita. Kita bisa simpulkan sendiri seperti apa wajah pendidikan kita hari ini hingga menghasilkan proses pendidikan dengan kualitas moral dan perilaku para peserta didik yang lebih banyak negatifnya dari pada positifnya.


Lalu apa yang hari ini harus kita perbuat? Pendidik secara pribadi hanya bisa konsisten mengajarkan kebajikan kepada para peserta didik, meskipun mereka belum menerima atau belum merasa ajaran dan ajakan itu bermanfa'at menurut ukuran berfikir mereka. Namun pendidik optimis, jika orang tua, guru-guru di sekolah dan orang-orang disekitar mereka menerapkan hal yang sama dengan mencontohkan hal-hal yang positif, maka generasi yang hari ini belum merasa punya tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri menjadi punya rasa tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungan dekatnya.

Pesan saya kepada diri saya sendiri, orang tua, dan para pendidik, berikan contoh positif kepada peserta didik yang membekas di dalam diri mereka. Jangan pernah memberikan mereka kesempatan untuk belajar hal yang negatif dan tidak bermanfa'at sejak dini, karena pendidikan negatif yang sudah berbekas di dalam diri mereka jika dibiarkan akan butuh waktu lama untuk memperbaikinya.


Berikan mereka suguhan perkataan dan perilaku bermanfa'at, agar mereka tidak lupa akan setiap kebaikan yang berguna untuk kehidupan mereka dan lingkungan. Berikan mereka tanggung jawab sejak kecil dari hal-hal yang sederhana, agar kelak tanggung jawab itu mendarah daging di dalam dirinya hingga ia dewasa nanti.


Salam


Jakarta, 05 Juni 2012