Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Tuesday, December 20, 2011

Cepat Pulang Karena Sakit Perut

Salam....

Hari ini saya mengajar 3 murid les saja, karena ada 1 murid yang tidak hadir tanpa alasan yang tidak jelas.
Murid saya yang bernama Yusuf datang terlambat, karena demikianlah adanya. Kemudian Yusuf merasa tidak enak badan, karena sakit perut kebanyakan makan pakai sambel. Lalu saya sarankan untuk ke belakang (kamar mandi), tapi dia tidak mau. Karena dia sudah uring-uringan tidak enak badan, akhirnya saya berikan izin untuk pulang sebentar, kalau sudah selesai kembali lagi ke kelas untuk belajar. Tapi Yusuf mengatakan "perutnya ga enak bangat Om, kayak kena diare".  

Tiba-tiba murid saya yang lain bernama Soni berkata "ya elah ucup, cara gua lu pake-pake segala". Lalu saya tersenyum saja, namanya juga anak-anak, ada saja alasannya. Entah benar atau tidak, tapi begitulah kejadiannya. Kemudia Yusuf pulang ke rumah dan tidak kembali lagi ke kelas.

Terkadang benar atau tidaknya alasan mereka, saya tetap berfikir positif saja. Paling tidak saya tetap mengajarkan kejujuran kepada mereka, hingga kelak mereka menjadi generasi yang selalu jujur dalam bertindak.

Salam

Jakarta, 20 Desember 2011

Monday, December 12, 2011

Cerita Bersama Anak Didik: "Keluhan Selama Belajar"

Salam


Seperti biasanya, setiap hari selalu saja ada alasan yang berujung keluhan anak-anak didik :)
Kebiasaan mereka kalau di kelas itu banyak; mulai dari suka ngobrol dengan yang lain, memukul meja sambil berdendang, belum lagi ada yang sibuk mencoret-coret meja.

Kadang rasa malas dan bosan belajar membuat mereka tidak bersemangat untuk mengikuti pelajaran, namun bukan berarti mereka jadi tidak belajar. Begitu sibuknya mereka dengan dirinya yang merasa malas untuk belajar, hingga saya menanyakan "Apa nama ibu kota negara Amerika Serikat", dengan beragam jawaban yang mereka utarakan. Tapi yang malah membuat saya bingung ketika murid saya Yusuf saya tanya "Memang tadi soalnya yang ditanyakan ibu kota negara apa?" Dia menjawab "Ibu kota Negara Argentina Om." Nah lho, kenapa bisa jadi Argentina ya :)

Ya, beginilah murid saya jika di kelas. Beragam karakter yang terkadang membuat saya untuk tetap selalu berusaha mendidik mereka untuk lebih rajin dan serius dalam belajar. Anak-anak selalu saja beralasan ketika saya berikan soal latihan, apa lagi yang berhubungan dengan pelajaran matematika :)

Baru saja saya selesai membuat soal, mereka mulai mengeluhkan soal yang saya berikan, mulai dari pertanyaan "Faktor Prima apaan sih? Ah... ga ngerti dah Om." Belum lagi ada yang mengatakan "Om, Yusuf sampai 3 soal aja yang mengerjakannya?" Atau ada yang sibuk menanyakan bagaimana mengerjakan faktorisasi dengan pembagian bilangan-bilangan prima.


Sampai-sampai ada yang beralasan "Om, perut mules nih, pengen cepat pulang." Tapi, ketika di berikan izin untuk pulang dia tidak mau, alasannya perutnya sakit, ga bisa jalan. Wadoh :)
Padahal saya sudah memberitahukan saja untuk ke belakang, ada kamar mandi, tapi dia tidak mau. Katanya ga enak kalau disini, maunya di rumah. 


Banyak pelajaran dan pengalaman dari mereka, semoga saja mereka lebih baik lagi ke depannya,

Salam


Jakarta, 12 Desember 2011




Sunday, December 11, 2011

Cerita Bersama Anak Didik: "Ajakan Melatih Diri Untuk Mulai Menabung"

Salam

Sabtu pagi saat saya sedang mengajar peserta didik, saya sempat menanyakan kepada mereka mengenai uang jajan mereka biasanya untuk apa saja. Diantara mereka ada yang menjawab dibelanjakan semua di sekolah, dan hampir rata-rata semuanya dihabiskan untuk jajan. Contoh saja murid saya bernama Iqbal, dia diberi uang jajan 6 ribu rupiah untuk jajan di madrasah dan di sekolah formal. Semuanya habis dalam sehari untuk jajan beli makanan. Lain lagi cerita murid saya bernama Sony, dia diberikan uang jajan sehari antara 3 ribu sampai 5 ribu rupiah sehari yang biasanya habis juga untuk jajan di sekolah. Kalau murid saya yang bernama Cahyo dapat uang jajan 5 ribu dalam sehari, juga habis untuk jajan di sekolah. Kalau yang satu lagi bernama Yusuf, uang jajannya paling kecil dari teman-temannya yang lain, hanya seribu rupiah sehari. Terkadang jika ibunya tidak ada uang, ia hanya diberikan uang jajan 5 ratus rupiah saja.


Saya mencoba mengajak mereka untuk membiasakan diri mulai menabung. Paling tidak dengan membeli celengan berbentuk tabung yang terbuat dari plastik yang banyak di jual di warung seharga 1500 rupiah, mereka mulai melatih diri untuk menabung. Saya ingin mengajarkan kepada mereka untuk mulai memiliki cita-cita (mimpi) terhadap apa yang mereka perbuat dari apa yang mereka dapatkan hari ini dan hari-hari berikutnya. Saya coba ilustrasikan kepada mereka; jika dalam sehari mereka bisa menabung 500 rupiah, maka dalam waktu 1 bulan minimal mereka bisa menabung 15 ribu rupiah, dalam 1 tahun paling tidak mereka bisa mendapatkan uang tabungan sejumlah 180 ribu rupiah. Ini hanya contoh saja kata saya, apa lagi jika bisa menabung 1000 rupiah dalam sehari. Di akhir tahun mereka bisa membeli sepatu yang memang bisa bermanfa'at untuk ke sekolah dan olah raga, atau mereka menabung untuk seterusnya tanpa membuka tabungan yang sudah penuh. Saya mengajarkan kepada mereka untuk dapat merasakan apa yang telah mereka perjuangkan seperti melatih diri untuk menabung uang jajan yang diberikan oleh orang tua mereka.


Jawaban mereka saat itu begitu bersemangat dalam menceritakan keinginannya. Contoh saja Iqbal, dia ingin sekali menabung, dan ingin membeli sesuatu. Tapi dia mengeluhkan atas apa yang ia lakukan dalam menabung, kata Iqbal "Uang celengan saya malah suka di korek-korek sama bapak om, jadinya kepakai terus". Apa lagi Sony, ia mengatakan begini kepada saya, "Uang di celengan saya malah di ambilin sama mama pakai lidi, jadinya ya kepakai lagi ga tahu buat apaan, kadang kalau lagi ga ada uang, uang celengan saya di ambilin deh buat belanja di rumah. Padahal pengen beliin Handphone buat mama". Kalau Yusuf lain lagi ceritanya, kata dia "Om, kadang kalau uang udah di tabung sampai 25 ribu rupiah, pas lagi ga dapat uang jajan dar emak, ya terpaksa Yusuf ambil deh uang yang udah di tabung, lama-lama habis juga deh. Padahal yusuf pengen nabung." Yusuf yang biasa menyimpan uang tabungannya di selipan kursi kulit di rumahnya :) . Kalau Cahyo hanya mengatakan "Saya jarang nabung Om, jadinya ga punya tabungan.".


Lalu saya katakan kepada mereka "Waduh, repot juga ya." Sampai saya menyarankan kepada mereka untuk menyimpan celengan mereka di tempat yang aman. Dan rencana untuk menabung ini akan terus saya ingatkan kepada mereka untuk gemar menabung. Berharap orang tua mereka juga mengerti atas apa yang mereka usahakan untuk menabung uang jajan hariannya hingga suatu saat mereka dapat mewujudkan mimpi mereka atas apa yang mereka perjuangkan. Saya menyarankan kepada mereka, bahwa uang tabungan di celengan itu nantinya bisa mereka pergunakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka, intinya untuk hal yang bermanfa'at.

Semoga para orang tua mendukung cita-cita anak mereka dalam membiasakan diri untuk mulai menabung, sebagai suatu langkah untuk membentuk kemandirian pada diri anak atas apa yang mereka coba usahakan dengan proses perjuangan yang panjang.

Begitu juga tentunya dengan penulis, yang mulai membiasakan diri menabung untuk sesuatu yang bermanfa'at dimasa depan nanti.

Salam

Terima kasih

Jakarta, 11 Desember 2011



Tuesday, December 6, 2011

Proses Pendidikan Yang Belum Berjalan Sehat & Bermanfa'at

Salam....

Beberapa hari yang lalu salah seorang murid les saya mengungkapkan kekesalannya terhadap guru kelas disekolahnya yang suka melakukan tindakan fisik. Sampai-sampai dia berkata: "Om, boleh kaga kalau gurunya saya laporkan ke polisi? Habis kesal sih, gurunya galak begitu." Demikianlah yang diceritakan murid saya bernama Yusuf dengan di dukung oleh kesaksian dari 3 murid les yang lain.


Entah apa yang terjadi pada proses pendidikan kita hari ini, ketika banyak para pendidik tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah yang sesuai dengan aturan bagaimana proses mendidik itu sendiri. Tidak sedikit tindakan fisik seperti penghapus yang di lepar kepada murid, kepala murid yang di dorong oleh guru karena kesal dan melampiaskan kekesalannya, hingga kata-kata kasar seperti goblok dan setan pun keluar dari mulut pendidik kepada muridnya hanya karena masalah yang sederhana. Belum lagi mistar kayu (penggaris) yang diayunkan kepada murid.

Para pendidik sudah mendapatkan penataran sebagai bentuk persiapan para pendidik untuk memberikan pendidikan kepada generasi penerus bangsa, hanya saja sangat disayangkan ketika penataran itu hanya sebagai pemenuhan syarat untuk menjadi seorang pendidik. Sangat disayangkan sekali jika pemerintah telah memberikan fasilitas kepada para pendidik, namun fasilitas itu hanya dimanfa'atkan sebagai alat untuk mendapatkan legalitas sebagai seorang yang berlabel "guru". Dulu, memang penulis sendiri pernah mengalami proses pendidikan dasar dimana para pendidik juga melakukan tindakan fisik kepada para murid. Namun saat ini, apa iya hal tersebut terus kita wariskan kepada generasi penerus bangsa ini. Apa sudah tidak ada cara yang lebih manusiawi dan mendidik untuk memberikan pelajaran kepada peserta didik yang melanggar aturan-aturan dalam proses belajar mengajar? Saya yakin, masih ada para pendidik yang punya hati nurani untuk mempertahankan cara mengajarnya untuk tidak melakukan tindakan  yang tidak manusiawi seperti tindakan fisik kepada para murid dan mengucapkan kata-kata kasar dan kotor kepada peserta didik. Karena apapun yang dilakukan oleh para pendidik, itu merupakan contoh langsung yang diterima oleh peserta didik. Maka wajar jika hari ini banyak kita temukan para peserta didik yang berlaku tidak baik dilingkungannya; mulai dari berbohong, berkata yang kasar atau kotor, merokok, hingga tawuran antar sesama teman sebaya. 

Ini merupakan bukti dari belum berjalannya proses pendidikan mental dan spiritual dari pendidik kepada para peserta didik, begitu banyaknya para peserta didik yang sedang menempuh pendidikan melakukan tindakan-tindakan yang tidak jujur dan melanggar aturan dilingkungan mereka adalah bukti nyata kepada bangsa ini bahwa proses pendidikan kita masih jauh dari proses untuk mendidik anak bangsa secara utuh; baik mental, spiritual, dan iptek-nya. Seharusnya sebagai pendidik itu punya rasa malu dan  rasa tanggung jawab atas proses pendidikan yang berjalan dilingkungan sekolahnya. Mengapa para siswa banyak yang mencontek saat ujian, banyak para siswa yang berusaha untuk membuat contekan sebelum ujian, banyak para siswa yang berangkat ke sekolah hanya sekedar pergi sekolah, tapi lebih senang bermain dan melakukan hal-hal yang tidak baik, banyak para siswa yang melakukan perbuatan yang tidak pantas dan berbahaya, banyak para siswa yang suka berkata kotor, dsb. Seharusnya hal-hal seperti ini menjadi pembahasan penting bagi para pendidik disetiap sekolah. Maka perlu adanya evaluasi dari pendidik, mengapa para peserta didik sampai berbuat hal demikian.


Hendaknya ini menjadi pelajaran untuk kita semua selaku pendidik dalam menunaikan amanah yang telah ditugaskan kepada kita dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa.


Jakarta, 06 Desember 2011



Thursday, December 1, 2011

Persiapan Mengajar Peserta Didik Menghadapi Ujian Semester

Salam...

Mulai hari Senin besok anak-anak didik di tempat les saya akan melaksanakan Ujian Semester. Mulai hari Senin hingga Kamis saya harus memberikan bekal untuk persiapan mereka mengerjakan soal-soal yang akan di ujikan oleh pihak sekolah. Pesan pertama yang saya sampaikan kepda mereka adalah "Jangan mencontek, dan kerjakan soal-soal ujian itu sendiri!". Demikian yang saya pesankan kepada mereka untuk selalu jujur dalam setiap perbuatan dan perkataan. Ini penting, untuk mendidik mereka menjadi generasi penerus bangsa yang punya akhlak (budi pekerti yang baik).


Bagi mereka pelajaran yang sifatnya hafalan memang tidak terlalu ada kendala, hanya saja mereka perlu di latih untuk menghafal rumus matematika. Ya begitulah anak-anak didik saya, punya ciri sendiri yang memang sudah jadi kebiasaan; senang bermain dan ingin cepat selesai dalam belajar.


Untuk mata pelajaran Matematika saya perlu memberikan banyak soal lagi kepada mereka, karena mereka suka lupa dalam menggunakan rumus, terkadang suka lupa soal ini harus di olah seperti apa


Semoga tugas ini berjalan dengan baik dan peserta didik dapat mengerjakan soal-soal ujian semester dengan baik dan tenang agar mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan usaha mereka dan kemampuan diri mereka


Jakarta, 01 Desember 2011