Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Saturday, November 24, 2012

Memaknai 'Ibadah dengan Pemahaman dan Perbuatan


Bismillah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim

Bismillahi Tawakkalnaa ‘Alallaaha Laa haula wa laa Quwwata Illa Billaha
Asyhadu Allaa Ilaa ha Illallaha wa Asyhadu Anna Muhammad Rasulullah
(Dengan Nama Allah saya bertawakkal kepada-Nya, tiada daya upaya dan kekuatan melainkan atas Kehendak-Nya. Saya bersaksi tiada Sembahan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah)

Innallaaha yuhibbullazii na yuqaatiluuna fii Sabiilihi Shaffan Ka annahum Bunyaanun Marsus. Qs. Ash-Shaff (61) ayat 4.
(Sesungguhnya Allah meunykai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.)

Yaa Ayyuhallazii na Aamanuu Taqqullaha wal tanzur nafsumma qad dhamat lighad, Wattaqullaaha Innallaaha Khabirun bimaa Ta’maluun. Qs. Al-Hasyr (59) ayat 18
(Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.)

Semoga kita semua dalam keadaan sihat wal’aafiat dan selalu dalam Lindungan Allah Swt.

Sedikit materi berkenaan kekhusyu’an kita dalam beribadah. Intinya materi ini berguna untuk siapapun yang berniat ingin menjadi lebih baik dalam memahami dan mengaplikasikan dari makna Ibadah itu sendiri.

A. Hal-hal yang berkenaan dengan Ibadah

Ibadah, yang dalam bahasa wahyu-Nya adalah ‘abada, yang bermakna mengabdi. Berdasarkan surah Adz-dzaariat (51) ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.

Ada 2 hal yang harus kita fahami dari wahyu Allah tersebut:
  1. Tidak ada tujuan lain Allah menciptakan Jin & Manusia selain untuk mengabdi/menyembah-Nya. Karena kita adalah manusia, maka penuhilah tugas kita selaku manusia untuk menyembah Allah.
  2. Menyembah Allah adalah suatu bentuk pengabdian seorang hamba Allah kepada Rabb-Nya yang Ahad, dengan segala ujian yang diberikannya tanpa terkecuali selama hamba-Nya diberikan kesempatan untuk beribadah di Bumi ini.

Lalu bagaimana kita mengaplikasikan Ibadah? Maka Allah memberikan kita beberapa hal agar Ibadah kita dapat terlaksana dengan sempurna:
  1. Manusia diberikan tugas oleh Allah sebagai wakil/utusan-Nya, sebagaimana yang diwahyukan Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak Menjadikan seorang Khalifah di muka Bumi”………….”. Maka wahyu ini menegaskan bahwa setiap manusia adalah wakil Allah yang tugasnya memenuhi seruan Allah.

  1. Manusia diberikan tempat untuk beribadah, maka tempat beribadah itu hanya layak ditempati bagi mereka yang Ta’at kepada Allah, sebagaimana diwahyukan Allah dalam surah Al-Anbiyaa (21) ayat 105 “Dan Sungguh Telah kami Tulis di dalam Zabur sesudah Kami Tulis di dalam Lauhul Mahfuz, bahwasanya Bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang Shaleh.” Maka hanya Hamba-hamba Allah yang Shaleh yang berhak mengelola Bumi Allah ini.

  1. Manusia diberikan aturan dalam memenuhi tugasnya beribadah di Bumi ini, sebagaimana diwahyukan Allah di dalam surah Al-Jatsiyah (45) ayat 20 “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk, dan rahmat bagi kaum yang meyakini”. Maka demikianlah wahyu ini Allah terangkan kepada kita bahwa: Al-Qur’an itu adalah petunjuk (teori/aturan) yang harus kita pedomani (praktekkan) agar kita mendapatkan Rahmat-Nya (hasilnya yakni kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat), bagi orang-orang yang Yakin kepada Allah.

Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Ibadah kita akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah, sebagaimana Allah wahyukan di surah Al-Mu’minuun (23) ayat 115 “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” Demikianlah keterangan Allah bahwa Ibadah itu adalah sesuatu yang serius, bukan main-main. Dan apa yang kita tunaikan di bumi ini akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.


B. Shalat sebagai salah satu bentuk Ibadah kita kepada Allah Swt.

  1. Perintah Shalat:
Sebagaimana diwahyukan Allah di dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 45 “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. ” Ayat ini memiliki makna yang sangat luas dan sangat besar manfa’atnya. Ada beberapa hal penting yang harus kita fahami;

  1. Penolong manusia itu adalah sabar dan shalat; lalu apa itu sabar?
Sabar itu bermakna:
Tidak Lemah      = Kuat;
Tidak Lesu          = Semangat, dan
Tidak Menyerah = Istiqomah (Konsisten terhadap apa yang kita perjuangkan)

Hal ini di jelaskan Allah di dalam wahyunya surah Ali-‘Imran (3) ayat 146: “Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka, sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada Musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar.” Maka Allah menyukai orang-orang yang Sabar, yakni orang-orang yang senantiasa bertaqwa (menjaga) amanah Allah dengan segala ujian-ujian yang diterimanya sebagaimana orang-orang terdahulu menerima ujian dalam memperjuangkan Islam.
Jadi sabar itu bermakna: Tetap kuat dan semangat serta istiqomah terhadap segala bentuk ujian yang kita terima dari Allah.

Shalat itu bermakna: Segala aktivitas manusia yang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam, yang bermakna bahwa Shalat sebagai salah satu ibadah untuk membesarkan Allah (Takbir, bermakna membesarkan) dalam rangka mewujudkan Keselamatan di muka bumi ini (Salam, bermakna selamat).
Jadi Shalat itu tidak hanya sebagai bentuk ibadah yang Ritual saja, karena Shalat harus diaplikasikan dalam kehidupan ber-mu’amalah (ber’amal/amalan) sehari-hari sebagai bentuk ibadah Sosial kita di lingkungan masyarakat.

  1. Sabar dan Shalat itu berat, kecuali bagi orang yang Khusyu’
Beratnya Sabar dan Shalat itu hanyalah rasa, dan memang rasa ini yang terkadang dirasakan oleh kita sesuatu yang menyakitkan di dalam hati. Maka perlu kembali kita memahami bahwa rasa itu adalah sebagai bentuk ujian dari Allah kepada kita agar kita senantiasa ingat kepadanya, semakin kita memahami bahwa semua ini adalah ujian dari Allah, maka InsyaAllah kita akan terlatih untuk lebih bisa menerima segala ujian dari Allah. Jika terus menerus hal ini kita hadapi dengan Ikhlas (semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Allah) maka itulah yang kita kenal dengan Khusyu’, kita hanif (lurus) dalam beribadah kepada Allah dalam mengharapkan ridho-Nya, dan tidak terganggu oleh bisikan-bisikan orang lain yang berniat tidak baik kepada kita. Meskipun fisik kita dalam keadaan tidak sehat, maka tetap ingat kepada Allah.
Karena ‘Aqidah (ikatan kita kepada Allah) adalah modal utama Ibadah kita kepada Allah. ‘Aqidah yang kuat adalah bentuk percaya diri seorang hamba Allah yang berjuang di Jalan-Nya, tanpa rasa khawatir akan ujian yang ada di hadapannya, tetap istiqomah (konsisten) dan selalu bertaqwa (menjaga perintah-Nya) hingga Allah memanggil kita.


Surah Adh-Dhuha (93) untuk lebih menguatkan lagi diri kita betapa besarnya Cinta Allah kepada kita selaku hamba-Nya yang shaleh.

Ayat 3: Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci padamu.
Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba-Nya yang Ta’at dan tidak akan pernah membenci kita selama kita menta’ati segala amanah dan menyelesaikan ujian yang Allah berikan kepada kita.

Ayat 4: Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari pada permulaan
Allah telah memberikan jaminan kepada kita bahwa semua yang kita perjuangkan atas amanah dan ujian yang Allah berikan kepada kita akan ada akhirnya, dan semuanya itu akan baik adanya selama kita istiqomah/konsisten menunaikannya.

Ayat 5: Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu hatimu menjadi puas.
Dalam setiap ujian itu kita akan merasakan suatu kemenangan atas apa yang kita perjuangkan hingga kita diwafatkan-Nya, jadi kita tidak perlu khawatir karena Karunia Allah itu pasti kita dapatkan atas perjuangan yang kita lakukan.

Ayat 6: Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yang yatim, lalu dia melindungimu
Yatim itu bermakna sendiri, maka jika seorang hamba Allah yang mencari kebenaran di jalan Allah, maka Allah akan memberikan jalan-Nya (petunjuk berupa wahyu Allah di dalam Al-qur’an melalui orang lain hingga kita memahami petunjuk itu) sebagai bentuk perlindungan seorang hamba Allah dari hal-hal yang tidak baik yang ia temukan di lingkungannya; apakah itu fitnah, tuduhan yang tidak benar, kenikmatan dunia, dan hal-hal lain yang dapat mencelakai dirinya.

Ayat 7: Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk
Ketika seorang hamba Allah dalam keadaan bingung (tidak tahu harus berbuat apa dan untuk apa) maka Allah pasti memberikannya pentunjuk melalui orang-orang yang telah ia tunjuk untuk menyampaikannya berupa pemahaman & pengajaran yang baik hingga kita memahami dan mau melaksanakannya. Karena kita semua adalah bagian dari orang-orang yang diberikan tugas oleh Allah untuk menunjuki orang lain yang mau bermu’amalah di jalan Allah.

Ayat 8: Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan.
Atas apa yang kita perjuangkan, maka Allah telah mencukupkan nikmat-Nya kepada kita, bukan hanya nikmat materi, tapi yang terpenting adalah nikmat atas Kuatnya ‘Aqidah kita dalam Beribadah, senantiasa Istiqomah dan Taqwa, serta Sabar dalam melalui ujian yang diberikan-Nya.

Ayat 11: Dan Terhadap Nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (untuk bersyukur)
Wujud syukur kita adalah dengan selalu mengingatkan diri kita dan diri orang lain untuk senantiasa menjalankan segala perintah Allah dalam kondisi apupun, Ikhlas dalam menerima segala cobaan agar ‘Aqidah Islam kita tetap terpelihara dengan baik

Demikian dahulu yang dapat di sampaikan kepada kita semua, semoga bermanfa’at adanya. Jika ada yang salah penulis mohon ma’af, karena kebenaran datangnya dari Allah.

Salam


Jakarta, 24 November 2012


No comments:

Post a Comment